Selasa, 04 Januari 2011

makalah belajar

BELAJAR


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Psikologi umum
Dosen Pengampu: Eva Latifah,M.Si




Disusun oleh
Rofik Irwan As’adi     ( 09480097 )
Taufikh Hidayath        ( 09480118 )
Listiyana Yulianti       ( 09480123 )
Danang Kurniawan     ( 09480125)


JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

Masalah mendidik adalah masalah setiap orang, karena sejak dahulu hingga sekarang berusaha mendidik anak-anaknya atau anak-anak lain yang diserahkan kepadannya untuk dididik. Demikian pula masalah “ belajar “ dan “ mengajar “, yang dapat dikatakan sebagai tindak pelaksanaan usaha pendidikan adalah masalah setiap orang.
Tiap orang boleh dikatakan selalu belajar dan juga dalam arti tertentu mengajar, misalnya guru mengajar murid-muridnya, pelatih mengajar para olahragawan, dokter mengajar pasien-pasiennya dan sebagainnya.
Kenyataannya bahwa “ belajar “ dan “mengajar” adalah masalah setiap orang, maka perlu dan penting menjelaskan dan merumuskan masalah belajar tersebut, terutama bagi kita calon kaum pendidik profesional supaya kita dapat menempuhnya dengan lebih effisien dan seefektif mungkin.





BAB II :
PEMBAHASAN
A .Pengertian  Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian ilmu”.  Menurut bebrapa tokoh, belajar dapat diartikan sebagai berikut :
a. Hilgard dan Bower
Belajar (to learn) memiliki arti :  to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study,  to fix in the mind or memory, memorize, to acquire trough experience,to become informe of to find out. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
b. Cronbach berpendapat Learning is shown by change in behavior as relust of experience. Belajar yang terbaik adalah pengalaman.
c. Spears menyatakan bahwa Learning is to observy, to read, to imitate, to try something themselves, to following direction.
d. Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
e. Chaplin  menyatakan belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
kita simpulkan definisi-definisi di atas dan juga definisi lainnya maka akan kita dapatkan hal-hal pokok sebagai berikut :
a.                          bahwa belajar itu membawa perubahan ( dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial)
b.                          bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru
c.                          bahwa perubahan itu terjadi karena usaha ( dengan sengaja )[1]
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Secara global, faktor- faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam:
1.      faktor internal ( faktor dari dalam siswa) , yakni keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa
faktor-faktor yang berasal dari diri si pelajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
a.       faktor- faktor fisiologis
kondisi umum jasmani dan tonus  (tegangan otot) dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siwa dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan-minum, istirahat akan menimbulkan raksi  tonus  yang negatif dan merugikan siswa itu sendiri.
            Kondisi organ-organ khusus siswa  seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan pengelihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan di dalam kelas.
b.      faktor- faktor psikologis
banyak faktor yang temasuk aspek psikologis yang daoat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Diantara faktor- faktor rohaniah siswa yang lebih esensial dianaranya adalah; tingkat kecerdasan siwa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.[2]

2.      faktor eksternal ( faktor dari luar siswa ), yakni keadaan lingkungan di sekitar siswa
faktor- faktor yang berasal dari luar diri pelajar digolongkan  menjadi dua golongan yaitu :
a.       faktor- faktor non sosial
kelompok faktor ini terbilang cukup banyak diantaranya adalah keadaan udara, suhu, cuaca, waktu , tempat belajar, fasilitas belajar  dan sebagainya. Faktor– faktor di atas yang telah disebutkan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu ( menguntungkan ) proses belajar secara maksimal. Semua faktor tersebut diusahakan untuk dapat memenuhi syarat- syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis, dan pedagogis.
b.      faktor-faktor sosial
lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman- teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya termasuk juga lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman bermain siswa tersebut.lingkungan sosial yang paling banyak pengaruhnya terhadap kegiatan belajar ilah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat- sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga semuannya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
3.      faktor pendekatan belajar
 yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.Dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.[3]
Pendekatan belajar
Motif dan ciri
strategi
1.      surface approach( pendekatan permukaan

2.      deep approach( pendekatan mendalam )

3.      achieving approach(pendekatan mencapai prestasi tinggi)
Ekstrinsik dengan ciri menghindari kegagalan tapi tidak belajar keras

Intrinsik dengan ciri berusaha memuaskan keingintahuan terhadap isi materi
Ego-enhancement dengan ciri bersaing untuk meraih prestasi tinggi
Memusatkan pada rincian-rincian materi dan memproduksi secara persis
Memaksimalkan pemahaman dengan berfikir, banyak membaca dan diskusi
Mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha (study skills)

C. Jenis- jenis belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memilik corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam- macam.
a. Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masaah yang tidak nyata. Misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti Tauhid.
b. Belajar Keterampilan
            belajar ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan- geralan motorik yakni yang berhubungan dengan urat- urat syaraf dan otot-otot neuromuscular . Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Misalnya belajar olah raga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah : shalat dan haji.
c. Belajar Sosial
Belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah- masalah sosial. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional.
d. Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode- metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannua adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan amsalah-masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah.
e. Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional. Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep- konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan erat dengan belajar pemecahan masalah. Sama dengan bidang studi untuk pemecahan masalah, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan studi eksakta.
f. Belajar Pembiasan
Belajar pembiasan adalah proses pembentukan kebiasaan- kebiasaan baru yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif, dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. (Kontekstual)
g. Belajar Apresiasi
Adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan, affective skills yang dalam hal ini kemampuan menghargai, secara tepat terhadap nilai objek tertentu. Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain : bahasa dan sastra, kerajinan tangan, kesenian, dan menggambar.
h. Belajar Pengetahuan
Adalah belajar dengan cara melakukan penyeledikian mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu, dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus untuk mempelajarinya.[4]



D. Ragam alat belajar
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniahb dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Potensi- potensi tersebut terdapat dalam organ- organ fisio-psikis manusia yang berfugsi sebagai alat- alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Adapan ragam alat fisio-psikis diantaranya adalah sebagai berikut
1.      indera pengelihatan (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual
2.      indera pendengar( telinga), yaki alat fisik yang berguna menangkap informasi verbal.
3.      Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan.[5]
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat An-Nahl: 78



Bab III
Penutup

Dari makalah yang telah kita bahas bersama tadi dapatlah diketahui bahwa esensi dari belajar adalah membawa perubahan ( dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial), mendapatkan kecakapan belajar, dan dikarenakan usaha yang sengaja.
Ada tiga  hal yang dapat mempengaruhi kualitas belajar seorang diantaranya terdapat faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar seorang.selain itu terdapat pula jenis- jenis belajar siswa, bejar abstrak, belajar pengetahuan, belajar pemahaman adalah diantaranya.
Manusia diberikan Allah anugrah untuk memperdalam pengetahuanya, yang dapat kita sebut sebagai ragam alat belajar diantarannya indera penglihat, indera pendengar dan juga akal pikiran. Hal tersebut sesuai dengan Quran surat An- Nahl ayat 78.




[1][1] Sumadi suryabrata, “ psikologi pendidikan “ .(jakarta:raja grafindo persada,2004) hal.232
[2] Muhibbin syah, “ psikologi pendidikan dengan pendekatan baru”,(bandung:remaja rosdakarya,1995) hal 133
[3] Ibid, hal 138
[4]Muhibbin syah, “ psikologi pendidikan dengan pendekatan baru”,(bandung:remaja rosdakarya,1995) hal 122-124
[5] Ibid hal 102

MAKALAH JENIS- JENIS ILMU PENGETAHUAN

JENIS – JENIS ILMU PENGETAHUAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Filsafat Umum

Dosen Pengampu: Mukallam, S.Ag, M.Hum

Disusun oleh

Ratna Utami Sari ( 09480097 )

Taufikh Hidayath ( 09480118 )

Listiyana Yulianti ( 09480123 )

Danang Kurniawan ( 09480125 )

Widarningsih ( 09480127 )

JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2010


BAB I

PENDAHULUAN

Berbagai upaya dapat digunakan untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat, salah satunya adalah dengan memahami ilmu pengetahuan manusia. Filsafat adalah salah satu jenis ilmu pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan filsafat.

Dalam makalah kami ini, kami akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan, arti definisinya, klasifikasi menurut obyek dan subyeknya serta klasifikasi menurut para filosofis.

Tentunya makalah kami ini sangat banyak sekali kekurangannya, maka dari itu saran serta kritik dari pembaca yang budiman sangat kami harapkan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Pengetahuan

Menurut “ensiklopedia Indonesia” ilmu pengetahuan adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan metode-metode tertentu. Ilmu pengetahuan prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.[1]

Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science , yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.[2] Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistematik, logis, dan konsisten.

B. Perbedaan Ilmu Pengetahuan Dengan Pengetahuan Biasa

Apabila kita memperbandingkan antara pengetahuan biasa dengan ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai berikut :

· Pengetahuan biasa( knowledge/ common sense): tidak memandang sebab-sebabnya, tidak mencari rumusan secara obyektif, tidak menyelidiki obyeknya, tidak ada sintesis, tidak bermetode dan bersistem.

· Ilmu pengetahuan (science) : mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan, menyelidiki obyek, melakukan sintesis, bermetode dan bersistem.[3]

Perbedaan antara ilmu pengetahuan dengan pengetahuan biasa terlihat dari sifat sistematik dan cara memperolehnya[4]

C. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman[5]. Terdapat banyak pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan yang dapat kita temui. Pada makalah ini kami akan mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menurut subyeknya dan obyeknya.

· Menurut subyeknya

1) Teoritis

a. Nomotetis: ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal berlaku, mempelajari obyeknya dalam keabstrakannya dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala pernyataannya yang konkrit bilamana dan di mana saja, misalnya adalah ilmu alam, ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat dan sebagianya.

b. Ideografis (ide: cita-cita, grafis: lukisan), ilmu yang mempelajari obyeknya dalam konkrit menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang menyendiri (unik). Misalnya ilmu sejarah, etnografi (ilmu bangsa-bangsa), sosiologi dan sebagainnya.

2) Praktis (applied science/ ilmu terapan): ilmu yang langsung ditujukan kepada pemakaian atau pengalaman pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu, maka ini pun diperinci lebih lanjut yaitu :

a. Normatif, ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-laramgan misalnya: etika (filsafat kesusilaan/filsafat moral)

b. Positif, (applied dalam arti sempit) yaitu ilmu yang mengatakan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu , mencapai hasil tertentu. Misalnya adalah ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu kedokteran dan sebagainnya.

Kedua macam ilmu pengetahuan ini saling melengkapi, jadi walaupun dibedakan tetap tidak boleh dipisahkan. Kebanyakan ilmu pengetahuan mempunyai bagian teoritis disamping bagian praktis, sehingga sering sulit diterapkan dimana suatu ilmu harus dimasukkan dalam pembagian ini, ilmu teoritis, biasannya dapat berdiri sendiri terlepas dari ilmu praktis,akan tetapi ilmu praktis selalu mempunyai dasar yang teoritis.

· Menurut Obyeknya (terutama obyek formalnya atau sudut pandangnya)

1) Universal/umum: meliputi keseluruhan yang ada,seluruh hidup manusa, misalnnya: teologi/agama dan filsafat.

2) Khusus: hanya mengenai salah satu lapangan tertentu dan kehidupan manusia, jadi obyeknya terbatasa, hanya ini saja atau itu saja.inilah yang biasannya disebut” ilmu pengetahuan”.

Ini diperinci lagi atas:

a. Ilmu-ilmu alam (natural scienses, natuurwetenschappen)

Ilmu yang mempelajari barang-barang menurut keadaanya di alam kodrat saja, terlepas dari pengaruh manusia dan mencari hukum-hukum yang mengatur apa yang terjasi di dalam alam, jadi terperinci lagi menurut obyeknya. Termasuk di dalamnya adalah: ilmu alam, ailmu fisika, ilmu kimia, ilmu hayat dan sebainnya.

b. Ilmu pasti (mathematics)

Ilmu yang memandang barang-barang, terlepas dari isinya hanya menurut besarnya. Jadi mengadakan abstaraksi barang-barang itu. Ilmunya dijabarkan secara logis berpangkal pada beberapa asas-asas dasar (axioma). Termasuk di dalamnya adalah: ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu hitung, ilmu al jabar dan sebagainnya.

c. Ilmu-ilmu kerohanian / kebudayaan (geisteswisssen-schaften/social-sciences)

Ilmu yang mempelahari hal-hal dimana jiwa manusia memegang peranan yang menentukan. Yang dipandang bukan barang-barang seperti di alam dunia, terlepas dari manusia, melainkan justru sekadar mengalami pengaruh dari manusia. Termasuk misalnnya: ilmu sejarah, ilmu mendidik, ilmu hukum , ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu bahasa dan sebagainnya.

Ketiga macam ilmu pengetahuan ini juga dibeda-bedakan tetapi jangan sampai dipisah-pisahkan, kerna memang berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi dan melengkapi.[6]

D. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf

Dalam sub tema ini, kami mengambil beberapa contoh klasifikasi ilmu pengetahuan menurut para filsuf, antara lain :

1) Cristian Wolff

Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar , yakni ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Cristian Wolff dapat diskemakan sebagai berikut :

a. Ilmu pengetahuan empiris

1. Kosmologis empiris

2. Psikologis empiris

b. Matematika

1. Murni : aritmatika, geometri, aljabar

2. Campuran : mekanika, dan lain-lain

c. Filsafat

1. Spekulatif (metafisika)

a. umum:ontologi

b. khusus: psikologi, kosmologi, theologi

2. Praktis

a. intelek: logika

b. kehendak; ekonomi, etika, politik.

c. pekerjaan fisik: tekhnologi

2) Auguste Comte

Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin kongkret. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut:

1. Ilmu pasti (matematika)

2. Ilmu perbintangan (astronomi)

3. Ilmu alam (fisika)

4. Ilmu kimia

5. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)

6. Fisika sosial (sosiologi)

Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagi berikut:

1. Ilmu pengetahuan

a. Logika (matematika murni)

b. Ilmu pengetahuan empiris (astronomi, fisika, biologi, sosiologi)

2. Filsafat

a. Metafisika

b. Filsafat ilmu pengetahuan[7]


BAB III

PENUTUP

Makalah kami yang sangat ringkas ini bermaksud menjelaskan apakah ilmu pengetahuan itu, apa makna definisi dan juga klasifikasinya. Setelah kita pelajari bersama, dapatlah diketahui bersama bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistematik,logis, dan konsisten. Sedangkan menurut “ensiklopedia Indonesia” ilmu pengetahuan adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan metode-metode tertentu.

Perbedaan ilmu pengetahuan dengan pengetahuan biasa ( common sense) terletak pada sifat sistematiknya dan cara memperolehnya. Klasifikasi ilmu pengetahuan bisa didasarkan pada subjek dan objeknya, berdasar subyek dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu ilmu teoritis dan ilmu praktis. Sedangkan menurut objeknya ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu ilmu umum dan ilmu khusus yang perinciannya telah kita pelajari bersama tadi.

Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar , yakni ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Sedangkan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin kongkret. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salam, Burhanuddin.1995. Pengantar Filsafat. Jakarta : Bumi Aksara.

Surajiyo.2005.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.



[1] Burhanuddin Salam. Pengantar Filsafat. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal 10

[2] Drs.Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal 62

[3] Burhanuddin Salam. Pengantar Filsafat. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal 8

[4] Amsal Bachtiar. Filsafat Ilmu.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal 92

[5] Rizal munir. Filsafat Ilmu. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal 143

[6] Burhanuddin salam. Pengantar Filsafat. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal 20-23

[7] Surajiyo. Ilmu Filsafat Sebgai Pengantar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal 72-74