Jumat, 26 Februari 2010

Pada suatu hari, Rasulullah SAW pergi bersama Abdullah bin Mas'ud. Dalam perjalanan, sewaktu Rasulullah sedang disibukan dengan masalah lain, Abdullah menemukan dua ekor anak burung yang langsung diambilnya.

Saat Rasulullah SAW kembali bersama Abdullah, beliau menyaksikan induk burung yang terbang mengelilingi mereka karena mencari anaknya. "Siapa yang menyusahkan burung ini dengan mengambil anaknya? Kembalikan! ", perintah Rasulullah SAW. Abdullah pun segera melepaskan kembali kedua anak burung tersebut. Dalam kesempatan lain, Beliau SAW menegur sekelompok masyarakat sedang membakar sarang semut, "Siapa yang membakar ini?".

"Kami ya Rasulullah yang membakarnya", jawab mereka. "Sesungguhnya tidak layak menyiksa dengan api, kecuali Allah yang menjadikan api", jelas Rasulullah SAW.

Dua kejadian di atas, menjadi gambaran tentang bagaimana perhatian ajaran Islam terhadap alam sekitar pada umumnya dan binatang pada khususnya. Sebagai makhluk yang diciptakan menjadi khalifah di muka bumi (lihat Al-Quran 27; 62 dan 35; 39), manusia mempunyai kewajiban untuk menjaga kelestarian alam semesta.

Kewajiban ini, diberikan Allah karena kelebihan yang dimiliki dalam penciptaan manusia, dan untuk kepentingan kehidupan manusia itu sendiri. Namun sayangnya, manusia mempunyai "kecenderungan" untuk merusak apa yang seharusnya mereka rawat. Kecenderungan ini tersirat dalam Al-Quran, sejak Allah akan menciptakan manusia pertama kali, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" (Q. S. 2; 30)

Bahkan lebih dari itu, Al-Quran secara gamblang telah menjelaskan. Bahwa bila tugas sebagai khalifah tidak dijalankan dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi kehidupan dan manusia itu sendiri. Sebagai contoh, banjir, longsor, kelaparan dan berbagai kesengsaraan lain.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (Q. S. 30; 41)

Berkenaan dengan ayat di atas, Sayyidina Ali meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Aku menjelaskan kepadamu maksud ayat ini. Wahai Ali! Apa saja yang datang kepadamu, penyakit, bencana alam, huru-hara di dunia, semua itu akibat dari amal perbuatan yang telah kita lakukan."

Apapun perintah Allah, apabila dilanggar oleh manusia akan merugikan manusia itu sendiri. Dan untuk kasus merusak alam beserta isinya, kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan akan berakibat ke banyak manusia lain. Karena itu juga, perbuatan merusak alam sekitar termasuk ke dalam perbuatan dosa. Sedang perbuatan menjaga kelestarian alam, dimasukkan sebagai perbuatan baik yang mengandung pahala di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW dalam sebauh sabdanya mengatakan, "Tidaklah seorang muslim yang menanam tanaman atau menyemai tumbuh-tumbuhan, lalu hasilnya dimakan oleh manusia atau binatang, kecuali menjadi sedekah baginya".

Karena itu juga, dalam beberapa kesempatan menjelang peperangan, Rasulullah SAW mengumukan agar tidak mencabut tanam-tanaman. Bila dalam keadaan perang saja demikian, bagaimana bila dalam keadaan damai?

Ajaran Islam tidak sebatas memerintah untuk menjaga kelestarian alam, namun termasuk di dalamnya agar menjaga kesehatan dan kebersihan. Rasulullah SAW bersabda, "Hindarilah dua macam kutukan, yaitu membuang kotoran di jalan dan ditempat berteduh". Dalam sabdanya yang lain, "Janganlah ada di antara kamu yang membuang air kecil pada air yang tergenang, kemudian mandi pula di sana". [Mhs. HU Solo Pos ]

Majalah Adzan Edisi 66 ( Deteksi Hati )